Biden Diminta Stop Jual Senjata ke Israel
PRESIDEN Amerika Serikat Joe Biden didesak tak menjual senjata ke Israel dalam waktu dekat. Jika dilakukan juga maka, Biden dianggap tak peka terhadap kekerasan yang menjadi sorotan dunia. ---------------- DESAKAN tersebut datang dari Fraksi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Amerika Serikat. Partai yang membawa Biden menjadi presiden meminta agar penjualan bom senilai USD735 juta atau setara Rp10,5 triliun ke Israel ditunda. Diberitakan Middle East Eye, Rabu (19/5), fraksi Demokrat menggelar rapat virtual membahas rencana penjualan senjata tersebut. Untuk diketahui, Pemerintah AS telah menyetujui penjualan senjata kendali berpresisi ke Israel dengan nilai kontrak Rp10,5 triliun. Diberitakan Reuters, lampu hijau dari pemerintahan Presiden Joe Biden soal penjualan senjata ke Israel bersumber dari kalangan politisi di Kongres AS. Namun, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri DPR AS, Gregory Meeks, tidak menyadari rencana penjualan senjata itu. Dikatakannya, pihaknya akan mengirim surat ke Gedung Putih untuk mengajukan penundaan. Anggota DPR AS dari Partai Demokrat, Ilhan Omar mengkritik keras rencana Biden. \"Akan sangat mengerikan bagi Pemerintahan Biden melanjutkan kesepakatan senjata kendali berpresisi USD735 juta ke Netanyahu tanpa syarat setelah meningkatnya kekerasan dan serangan terhadap warga sipil,\" tegasnya dikutip Washington Post. \"Jika berjalan lancar, ini akan dilihat sebagai lampu hijau untuk eskalasi lanjutan dan akan melemahkan setiap upaya untuk menengahi gencatan senjata,\" lanjutnya. \"Amerika Serikat tidak boleh diam saja melihat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan dengan bantuan kita,\" kata Omar lagi. Sementara Bernie Sanders, Senator dari fraksi Demokrat, mendesak pemerintahan Biden mempertimbangkan kembali bantuan militer yang diberikan ke Israel senilai USD3,8 miliar atau sekitar Rp54,3 triliun tiap tahunnya. Untuk diketahui, senjata yang akan dijual AS adalah jenis Amunisi Serang Langsung Gabungan (JDAM) buatan Boeing. Perangkat itu bisa mengendalikan bom dengan menggunakan Alat Pemandu Global (GPS). Sehingga bom tepat sasaran.(gw/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: