Perdagangan Babel Surplus
*Naik 157,40% dibandingkan Mei tahun lalu -- \"PERJUANGAN Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) agar ekonomi Babel bergerak ke arah positif di tengah pandemi, nampaknya membuahkan hasil. Ketika Babel alami dera Covid-19 (C19) yang mencekik, berhasil membukukan neraca perdagangan surplus sebesar USD 194,55 juta setara Rp 2,7 triliun. (BPS, 01 Juli 2021).\" Oleh: Safari Ans - Salah Satu Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Bangka Belitung -- TAK banyak daerah dapat dan berhasil memacu ekonomi dalam situasi sulit saat ini. Data ekspor bulan Mei 2021 yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) Babel itu mencatat rekor, kala ekspor nasional megap-megap. Nilai ekspor Indonesia Mei 2021 mencapai US$16,60 miliar atau turun 10,25 persen dibanding ekspor April 2021. Walau dibanding Mei 2020 nilai ekspor naik cukup signifikan sebesar 58,76 persen setahun lalu. Patut diacungi jempol prestasi Babel saat ini. Prestasi Babel berbarengan neraca perdagangan nasional mengalami juga mengalami surplus USD 2,37 miliar setara Rp 33,2 triliun. Nilai impor Indonesia Mei 2021 mencapai US$14,23 miliar, turun 12,16 persen dibandingkan April 2021 atau naik 68,68 persen dibandingkan Mei 2020. Ekspor Babel kali ini (Mei 2021) mengalami usaha peningkatan. Pada Mei lalu Babel mencatatkan angka ekspor USD 196,91 juta. Naik 157,40 persen dibandingkan Mei 2020. Walau angka itu turun 11,81 persen jika dibandingkan ekspor April 2021. Sementara impor Babel pada Mei 2021 hanya USD 2,36 juta. Angka impor itu naik 10,86 persen jika dibandingkan Mei 2020, naik 60,08 persen dibandingkan April 2021. Dengan demikian neraca perdagangan Babel Mei 2021 mengalami surplus US$194,55 juta. Luar biasa. Prestasi itu merupakan sebuah kecerdasan sebagai upaya menggeliatkan ekonomi. Angka ekspor mencerminkan bahwa ekonomi Babel sehat dan mengalami trend kenaikan. Hanya saja, sudah menjadi hukum alam, bahwa menggiatkan ekonomi secara otomatis menggiatkan masyarakat dalam aktivitas keseharian. Aktivitas itu menimbulkan hubungan dan persentuhan antara sesama anggota masyarakat meningkat. Resikonya angka C19 juga akan melonjak. Itu teori. Tetapi ternyata Babel dapat mengubah teori itu, bahwa ekonomi bisa menggeliat dan kasus C19 bisa ditekan dengan memperketat prokes. Babel berhasil dalam soal. Walau C19, sempat menyentuh lima besar Indonesia, kini mulai melandai. Tingginya mobilitas masyarakat di masa pandemi selama bulan ini di Babel tergambar dalam data tamu yang menginap di hotel berbintang. Walau Mei 2021 terdapat 7 hotel berbintang tutup sementara. Tetapi jumlah tamu hotel justru naik 14,93 persen dibanding bulan sebelumnya atau Mei lalu mencapai 20.778 orang. Tetapi TPK sebesar 15,24 persen turun 2,19 poin dibanding bulan sebelumnya. Dimana rata-rata lama tamu menginap 1,41 hari. Sementara bulan sebelumnya capai 1,62 hari. Mobilitas masyarakat lainnya tercermin dari potret transportasi laut di Babel. Jumlah penumpang berangkat 2,28 ribu orang. Angka itu naik 16,01 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan jumlah penumpang datang ke Babel 2,27 ribu orang. Juga naik 15,20 persen dibanding bulan sebelumnya. Kalau mobilitas melalui transportasi laut umumnya naik, tetapi mobilitas masyarakat melalui pesawat terbang malah menurun, lantaran adanya pembatasan penumpang dan pembatasan penerbangan. Mobilitas masyarakat di tengah bahaya pandemi, merupakan keniscayaan. Tak bisa dihindari, kala berbagai sektor ekonomi digerakkan. Ekonomi harus tumbuh, tetapi penyebaran C19 harus ditekan seminimal mungkin. Angka kasus C19, berfluktuatif seiring dengan mobilitas dan kedisiplinan penerapan prokes (prosedur kesehatan). Hal ini dapat dipahami dari data penumpang yang gunakan pesawat terbang. Jumlah penumpang berangkat Depati Amir capai 29,36 ribu orang. Artinya turun 10,40 persen dibanding bulan sebelumnya. Lalu, penumpang datang ke Depati Amir 25,56 ribu orang atau turun 16,86 persen dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan jumlah penumpang berangkat dari H. As. Hanandjoeddin mencapai 11,62 ribu orang atau turun 20,40 persen dibanding bulan sebelumnya. Jumlah penumpang datang H. As. Hanandjoeddin: 12,28 ribu orang (turun 7,79 persen dibanding bulan sebelumnya. Hanya mobilitas barang yang turun. Barang muat di Babel 500,49 ribu ton atau turun 29,52 persen dibanding bulan sebelumnya. Barang bongkar juga turun 14,51 persen yang Mei lalu mencapai 142,32 ribu ton. Kini, Provinsi Babel akan memperbesar kapasitas bongkar muat pelabuhan Pangkalbalam. Bahkan Gubernur melakukan inspeksi mendadak. Gubernur menegur, mengapa tidak ada aktivitas bongkar muat di malam hari. Karena pelabuhan ekspor modern harus memiliki aktivitas 24 jam. Pemerintah Pusat juga peduli, sehingga anggaran pun disiapkan. Sebentar lagi Babel akan memiliki pelabuhan ekspor modern dengan skala kerja internasional dalam 24 jam penuh. Karena kecepatan bongkar muat pelabuhan sangat menentukan biaya mahal tidaknya ongkos pengiriman barang ke mana pun. Namun, ekspor Babel masih didominasi oleh ekspor material tambang, khususnya timah. Beberapa tahun lalu, ekspor timah dari Babel mencapai lebih dari 80%, sisanya kurang dari 20% komoditas ekspor lainnya. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri ketika Gubernur Babel telah melakukan transformasi secara total tapi bertahap. Adalah transformasi dari daerah tambang menjadi daerah industri. Babel telah melakukan gerakan pembangunan industri teknologi tinggi (hi-tech industri) berbasis mineral tanah jarang. Kini sudah dimulai di Kawasan Industri Sadai di Bangka Selatan. Selanjutnya akan berkembang di Kabupaten Bangka Barat. Dan, daerah lainnya di Babel. Sedangkan industri pariwisata sudah dimulai. Kabupaten Belitung yang kini sudah memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dan Global Park. Kawasan ini akan memicu industrialisasi di bumi Serumpun Sebalai. Apalagi rencana Gubernur Babel, wisata bahari akan dikembangkan di wilayah Babel untuk menopang bangkitnya industri pariwisata di Babel kelak. Pulau-pulau kecil nan indah yang banyak dimiliki Babel saat ini akan terkoneksi dengan program pariwisata yang akan dikembangkan di Babel. Kenapa begitu? Terlalu kecil industri pariwisata kalau hanya di wilayah satu kabupaten. Sebaliknya justru semakin hidup dan dinamis apabila wilayah pariwisata berkembang luas di wilayah Provinsi Kepulauan Babel. Sehingga ragam pesona bahari bisa dihadirkan ke wisatawan baik domestik maupun asing. Apalagi pulau-pulau yang ada di Babel akan dijadikan tempat wisata yang bersifat tematik yang tidak dapat ditiru oleh Bali. Orang Babel meyakini bahwa format wisatanya tidak mungkin meniru Bali, karena adat istiadat budaya dan alam yang tersaji sangat berbeda. Alam Babel berbeda dengan alam Bali. Bali tidak sama dengan Babel. Sangat berbeda. Tugas Pemprov Babel memicu agar ekonomi masyarakat bergerak. Menggeliat. Karena itu, Pemprov mendorong terbentuknya sarana dan prasarana agar masyarakat nyaman melakukan aktivitas ekonomi. Dengan demikian ekonomi akan tumbuh secara signifikan. Pembangunan akan lebih mudah apabila para pemimpin di daerah kompak. Kerja dengan satu irama antara bupati, walikota, dan gubernur. Selama ini justru terkesan berbeda. Ketidak-kompakan itu akan memicu kerugian amat besar dalam berbagai bidang di Babel. Neraca perdagangan membutuhkan iklim usaha yang sehat. Kondisi itu hanya terbentuk oleh katalisator dan dinamisator yang dibangun oleh kalangan eksekutif di Babel. Jika jalinan itu tidak terbentuk, jangan mimpi pembangunan akan berjalan lancar di Babel. Namun beberapa bupati di Babel melah berani mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan provinsi. Mereka telah melakukan kerjasama langsung dengan Pemerintah Pusat. Lalu, pejabat Pemerintah Pusat juga menjadi pihak yang memperuncing sekat-sekat komunikasi antar pemimpin di Babel. Itu berbahaya. Pemerintah Pusat mestinya justru harus menjadi perekat perbedaan paham dan haluan politik para pemimpin daerah. Kenyataannya, banyak proyek-proyek yang dibangun di beberapa kabupaten tidak melibatkan Provinsi Babel. Ketika ada masalah barulah Provinsi dilibatkan. Akibatnya banyak bangunan dan prasarana lain di kabupaten, fisik bangunannya sudah selesai dibangun, tetapi belum bisa dipergunakan. Penggunaannya meminta kerjasama dengan Provinsi. Lalu pejabat Provinsi Babel, takut terlibat karena tidak diikutsertakan sejak awal pembangunannya. Kondisi ini tidak sehat. Dan, sangat merugikan Babel. Pemerintah Pusat wajib memberikan arahan agar pembangunan daerah berjalan dengan baik dan benar. Bravo Babel.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: