Buzzer Sering Jadi Bumerang

Buzzer Sering Jadi Bumerang

KETIKA wacana Presiden 3 Periode mencuat, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri bahkan Presiden Jokowi juga justru tak mendukung. Lalu mencuat pula soal Presiden dipilih MPR, wacananya juga bukan dari kader Banteng Moncong Putih? Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- ADA apa dengan negeri ini? Dan, yang lebih aneh lagi ketika Jokowi diserang oleh BEM UI, justru yang kalang kabut para buzzer dan pendukung. Jokowi santai dan menyatakan silahkan kritik, tapi para buzzer justru mencari celah dan malah menyerang Ketua BEM UI? Secara politik, langkah itu sangat tidak politis, tidak taktis, bahkan cenderung bodoh. Bagaimanapun langkah itu memantik aksi kelompok mahasiswa lainnya yang hampir dipastikan akan mendukung BEM UI. Dan ingat, jika semua sudah satu suara, apakah mampu para buzzer itu menghadapinya? Satu hal yang perlu diingat, rakyat negeri ini bagaimanapun tetap akan memandang aksi dan kelompok mahasiswa adalah suara mereka. Karena dimata rakyat, mahasiswa dinilai masih murni berjuang tanpa kepentingan. Meskipun hal ini tidak sepenuhnya benar. Ketika mahasiswa atau sekelompok mahasiswa bersikap, adalah langkah yang sangat bijak justru ketika dihadapi oleh para pemimpin dengan lapang dada dan menerima kritik atau saran tersebut, apalagi ditambah dengan ajakan dialog, misalnya. *** FAKTA yang terjadi sekarang --terutama sejak era media sosial semakin marak ini--, para buzzer terkesan kadang sangat berlebihan, dan berlebihan sangat. Kalau tidak boleh dikatakan sudah keterlaluan. Begitu orang yang mereka dukung dikritik, maka mereka langsung bereaksi membela membabi buta. Tak menengok lagi apa materi yang dikritik, tapi malah menyerang balik siapa yang mengkritik. Bahkan dicari kelemahan si pengritik itu. Tujuannya tidak lain untuk melemahkan apa yang dikritik, karena nilai si pengritik sendiri dicari-cari lemahnya tadi. Begitulah yang terjadi dengan BEM UI. Akibatnya, bermunculanlah dukungan untuk BEM UI. Dan itu tentunya bukan buzzer BEM UI. Ingat! Jokowi adalah Presiden negeri ini. Dia bukan Presiden para buzzer, bukan presiden PDI Perjuangan, bukan Presiden sekelompok orang. Tapi Presiden RI. Dan manusia sekelas Jokowi tentu sadar benar, bahwa jadi pemimpin itu.... Jangankan berbuat keliru, berbuat benar saja dicari kelirunya.... Adalah hak anak negeri untuk mengkritisi pemimpinnya, seperti yang dilakukan oleh BEM UI. Alangkah bijaknya jika sekiranya Juru Bicara Istana sekelas Fajroel Rahman --yang dulu kita kenal sangat kritis dan suka mengkritisi Presiden Soesilo Bambang Yoedoyono-- memberikan jawaban yang komprehensif dan lengkap menjawab kritikan BEM UI itu. Bukankah dia juga mantan aktifis? Bukan justru seperti membiarkan para buzzer menyerang balik dengan mengkritisi Ketua BEM UI yang digali dan dicari-cari apa titik lemahnya? Ketua BEM UI bukan malaikat. Yang tentu ada sisi lemahnya juga. *** KITA kadang dibuat bingung. Pemerintah negeri ini kerap kali mnengajak rakyatnya untuk bijak menggunakan media sosial. Tapi para buzzer yang justru kadang memancing itu seperti diabaikan. Dengan melihat perkembangan dan pola yang ada, buzzer pada akhirnya nanti jika tak merubah pola, bukan akan membesarkan nama baik orang yang didukung, tapi justru akan berbalik menghancurkannya. Mungkin ini juga menjadi masukan dan pelajaran bagi para pemimpin atau calon pemimpin atau yang berminat menjadi pemimpin di negeri ini dalam berbagai tingkatannya. Rakyat tidak bodoh dan tidak bisa lagi dibodoh-bodohi. Karena ketika seseorang mengeluarkan pernyataan dan pembelaan yang sudah terkesan membabi buta, maka rakyat sudah tahu dan merasakan dimana posisi orang itu berada dan siapa dia? Silahkan dibantah, tapi fakta sudah bicara! Maaf, saya bukan buzzer! ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: