Negeri Bandit
LINI kehidupan yang mana di negeri ini yang tidak ada banditnya? Pasti diam. Semua nyaris sempurna, setiap lini kehidupan untuk kepentingan apapun selalu ada banditnya. Setiap kebijakan meski untuk sosial atau keagamaan sekalipun, hampir dipastikan jadi bancakan. Tak ada yang tabu buat para bandit. Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- DULU di negeri ini, seganas-ganasnya maling, tetap berpantang mencuri yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Mencuri beras, atau mencuri untuk makan orang banyak adalah pantangan besar bagi garong atau bandit kaliber apapun. Maklum, takut keparat. Sekarang jangankan beras, kotak amal saja bukan hal yang tabu untuk disikat dan dicuri. Apatah lagi bidang-bidang yang lain. Apatah lagi peluang duit di musim pandemi corona. Ketika Pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi warga yang akan melakukan perjalanan wajib membawa surat hasil antigen atau swab, maka lahirlah para bandit kreatif dengan menjadikan kebijakan itu sebagai peluang \\\'bisnis\\\' dalam bentuk mengeluarkan surat antigen palsu juga surat hasil swab palsu. Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan agar warga menggunakan gas --yang sebelumnya masih banyak yang menggunakan minyak tanah-- diiringi kebijakan adanya tabung gas melon 3 kg bersubsidi yang nyata-nyata ditulis \\\'untuk masyarakat miskin\\\', para bandit pun tak menyia-nyiakan peluang. Banditnya, mulai dari orang-orang kaya yang \\\'memiskinkan diri\\\' dalam arti ikut menggunakan tabung gas melon 3 kg, rumah makan besar, restoran, hingga bandit-bandit yang mengoplos 3 tabung melon ke 1 tabung 12 kg --non subsidi-- sehingga dapat keuntungan selisih harga antara Rp 50 ribu Rp 70 ribu. Kreatif memang. Maklum, bandit AKIBATNYA, bukan hal yang aneh lagi jika tiba-tiba tabung gas melon 3 kg kadang mendadak hilang dari peredaran. Bukan karena kurang, tapi karena banyak yang keliru. Bandit yang terlalu rakus, atau bandit lupa mengaturnya sehingga mendadak hilang? Tapi kenapa begitu sulit dicegah? Jawabnya singkat, harap maklum, ini negeri bandit. *** ITU hanya sisi kehidupan kecil. Oke, ini yang besar. Pandemi juga membuat pemerintah melahirkan kebijakan Bansos, BLT, dan sebagainya. Apakah di sana tak ada banditnya? Jawabnya, banyak, bahkan besar. Bahkan melahirkan bandit baru. Semua tahu tentu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Sosial Juliari P. Batubara sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi di Kementerian Sosial terkait dengan bantuan sosial (Bansos) untuk wilayah Jabodetabek 2020. Saat para pejabat di kementerian itu diciduk KPK, sang menteri begitu lancar bicara dan menyatakan mendukung KPK menguak semuanya. Tapi akhirnya bungkam juga karena ternyata \\\'ngikut\\\' juga? Padahal kalau diajak bicara soal pencegahan korupsi, menteri kita ini semangat dan hebatnya bukan main. Maklum, negeri bandit. Di negeri bandit kita tidak boleh terlalu percaya dengan celoteh para petinggi yang lebih banyak pura-pura bersih. Karena sesungguhnya mereka itu bukan benar-benar bersih, hanya nasib baik saja belum terjerat dan belum terkuak kayak Pak Menteri. Oh ya. Wajar Bansos terkuak karena itu berada di daratan jadi mudah terlihat dan tercium. Sebelum Tipikor Bansos itu, KPK sudah lebih dulu menjaring dan menangkap Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Dia ditangkap saat kembali dari Honolulu, Hawai, Amerika Serikat. Maklum sibuk ngurus urusan laut dan hasil-hasilnya. Wadaw!!! \"Yang bersangkutan diduga terlibat korupsi dalam penetapan izin ekspor baby lobster,\" kata Ketua KPK, Firli. Oh. *** BICARA bandit di semua lini kehidupan negeri ini memang takkan ada habis-habisnya. Agama, politik, sosial, ekonomi, semuanya, dan Semua tahu, semua sadar, dan semua mengerti. Semua hanya geleng-geleng kepala. Bagaimana dengan kehidupan politik? Nah, di lini kehidupan ini justru banditnya lebih licin lagi. Tapi di sini banyak belut berendam oli, sehingga licin tak bisa digenggam, apalagi ditangkap. Bandit di dalam politik ini memang mengerikan, karena kadang mereka bersorban, berucap ayat, kadang membawa suara dari kitab suci. Di sini benar-benar banyak dan rame yang liat dan licin seperti belut berendam oli. Sigap di daratan, tangkas seperti belalang ketika di udara. Pandai melompat sana dan melompat sini. Tupai pun kalah jauh. Kadang mereka bicara seperti bersabda, padahal licik dan licin mengalahkan iblis. Di negeri bandit, untuk selamat tampaknya harus jadi bandit. Kalau begitu, maaf, saya juga bandit? ***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: