\\\'Penyesuaian\\\' Hidup Dengan Virus Corona

\\\'Penyesuaian\\\' Hidup Dengan Virus Corona

*Setelah Setahun Sudah \\\'Ajakan\\\' \\\'Damai\\\' Dicueki -- Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- DALAM ilmu perang, tak ada istilah damai terhadap musuh. Yang ada, \\\'gencatan senjata\\\'. Dalam keadaan pandemi ini, pilihan diksi yang baik digunakan pemerintah adalah \\\'menyesuaikan\\\'. Dalam artian, pemerintah mengajak rakyatnya untuk \\\'menyesuaikan diri\\\' dengan serangan \\\'pandemi\\\'. Karena ketakutan utama menghadapi pandemi yang tak diketahui kapan akan berakhirnya ini adalah, terpuruknya ekonomi yang bisa berakibat lebih patal dari serangan corona itu sendiri. Satu hal yang perlu juga ditegaskan di sini adalah, \\\'penyesuaian\\\' gaya hidup itu bukan berarti \\\'pengabaian\\\'. Karena jika itu yang terjadi, maka kasus harian dan kematian akan melonjak lagi, varian baru yang lebih ganas muncul lagi, lalu impian hidup \\\'damai\\\' tadi lupa lagi. Saat ini, setidaknya pemerintah sudah punya langkah nyata yang terbukti cukup efektif untuk menghindari terpapar dari corona. 1) Penerapan protokol kesehatan --dengan 3M dan 5M bila perlu sampai 7M harus dilakukan secara ketat. Biarkan masyarakat di awal merasa \\\'terpaksa\\\', toh nantinya akan menjadi \\\'terbiasa\\\', selanjutnya akan jadi \\\'kebutuhan\\\'. 2) Terus dan tuntaskan vaksinasi, terlepas bagaimana hasilnya, namun sertidaknya hal yang pasti rakyat secara klinis dan kejiwaaan sudah siap untuk \\\'penyesuaian\\\' hidup di tengah pandemi. Ditambah kondisi juga sudah herd immunity bagi yang sudah vaksinasi. 3) Isolasi terpadu (Isoter) --sedapatnya ada di setiap desa/kelurahan, kecamatan, hingga Kabupaten/Kota. Sekalian rumah sakit juga menyiapkan lokasi khusus untuk warga yang terjangkit dan parah. Karena rakyat negeri ini --untuk saat ini-- banyak yang belum siap untuk isolasi mandiri (Isoman). Baik itu fasilitas --misalnya rumah warga masih banyak yang kamar mandinya hanya 1--, maupun kesiapan mental dan kejiwaan. Karena bagaimanapun faktor ekonomi dan sosial mereka belum siap terisolir. Dan hal yang cukup menggembirakan adalah, rakyat sudah paham bahwa terpapar covid-19 bukan aib. Sehingga terisolir di Isoter juga tidak membuat malu diri -- bukan seperti terpapar kusta di zaman-zaman dulu--. Jika 3 hal ini benar-benar diterapkan, Insya Allah \\\'menyesuakan diri\\\' dengan pandemi akan bisa berjalan, yang lambat laun semua \\\'keterpaksaan\\\' di awal akan jadi \\\'kebiasaan\\\', dan selanjutnya akan jadi \\\'kebutuhan\\\'. Dan bukan tidak mungkin, ke depannya ilmu poengetahuan terus berkembang dan obat efektif untuk ini akhirnya ditemukan. *** HIDUP \\\'damai dengan corona\\\', bukanlah isu baru. Isu itu --tepatnya keinginan untuk itu-- sudah pernah dicuatkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Bulan Mei tahun 2020 atau setahun lebih yang lalu. Saat itu, belum ada vaksin sehingga \\\'perdamaian itu\\\' ditempuh dengan pola hidup new normal --atau hidup normal gaya baru-- dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes). Yang semula 3 M, lalu jadi 5 M, ke depan entah bertambah berapa M lagi. Saat isu itu mencuat, adalah Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla langsung angkat bicara. Menurut Jusuf Kalla, istilah \"berdamai\" baru bisa dilakukan apabila kedua belah pihak sama-sama menginginkan perbaikan. \"Berdamai itu kalau dua-duanya ingin berdamai. Kalau kita hanya ingin damai, tapi virusnya enggak, bagaimana?\" ujar Kalla dalam diskusi Universitas Indonesia Webinar \"Segitiga Virus Corona\", Selasa (19/5/2020), tahun lalu. Tapi, \\\'berdamai\\\' bukan \\\'menyerah\\\'? Secara tegas JK menyatakan, ajakan untuk berdamai cukup kontras dengan sifat virus corona itu sendiri. Menurut dia, keganasan virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 itu semestinya tidak bisa untuk diajak berdamai. Apalagi, virus corona juga tidak memilih atau memilah siapa korbannya? Hanya saja, ajakan damai tersebut akhirnya hilang bersama perjalanan waktu dan kian ganasnya serangan covid-19 tersebut. \\\'Ajakan\\\' dari damai manusia seolah ditolak mentah-mentah oleh pihak \\\'corona\\\' dengan terus mengeluarkan \\\'senjata baru\\\' dalam bentuk keluarnya varian-varian corona terbaru yang lebih ganas, lebih cepat menular, bahkan lebih mematikan. Terakhir varian Delta yang muncul di India dan sudah banyak menyerang anak negeri ini pula. Manusia lupa soal \\\'ajakan\\\' damai, tapi mengeluarkan kebijakan baru, yang semula 3M, lalu jadi 5 M. Tidak itu saja, keluar pula kebijakan vaksin dengan berbagai merk dan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan khusus untuk anak negeri ini semua vaksinnya masih dari luar negeri. Sementara, vaksin karya anak negeri sendiri yang tentu sebenarnjya lebih pas dengan kondisi tubuh dan alam negeri ini, entah sdampai dimana nasibnya kini? *** LELAH, memang lelah. Letih, memang letih. Dak tak tahu kapan semua ini berakhir? Ini juga agaknya \\\'ajakan\\\' damai dengan corona kembali muncul. Adalah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pilihan kembali hidup bersama dengan corona merupakan salah satu arahan Presiden Jokowi terbaru terkait penanganan Covid-19. Intinya, isu era \\\'New Normal\\\' muncul lagi. \"Bapak presiden memberikan arahan bahwa ke depannya bahwa kemungkinan besar bahwa virus ini akan hidup cukup lama bersama kita. Jadi arahan bapak presiden kita harus memiliki roadmap bagaimana ke depannya kalau virus ini hilangnya membutuhkan waktu sampai tahunan,\" kata Budi Gunadi. \"Bagaimana protokol kesehatan yang kita miliki bisa tetap menjaga kita untuk tetap hidup normal menjalankan aktivitas ekonomi tapi dengan kondisi yang lebih aman,\" lanjutnya. Kemenkes akan mengatur enam aktivitas utama secara digital disertai penerapan protokol kesehatan. Keenam sektor itu adalah perdagangan, kantor dan kawasan industri, transportasi, pariwisata, keagamaan dan pendidikan. Dan, perdamaian itu disertai dengan menggalakkan vaksinasi dengan harapan tercapai herd immunity. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: