Kasus Covid-19 di Babel Masih Fluktuatif, Waspada Munculnya Varian Baru

Kasus Covid-19 di Babel Masih Fluktuatif, Waspada Munculnya Varian Baru

KASUS konfirmasi Covid-19 di Bangka Belitung (Babel) turun naik. Seperti halnya laporan Satgas Penanganan Covid-19 Babel pada Jumat (10/9) kemarin, tercatat ada 146 kasus positif baru. ------------- SEMENTARA pasien sembuh dilaporkan sebanyak 206 orang dan yang meninggal konfirmasi ada 8 orang. Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Babel Mikron Antariksa mengatakan, kasus baru Covid-19 tertinggi terdata ada di Pangkalpinang sebanyak 37 kasus dan terendah di Bangka Selatan sebanyak 9 kasus. \"Sementara Bangka 37 kasus, Bangka Tengah 22 kasus, Bangka Barat 18 kasus, Belitung 10 kasus dan Belitung Timur 17 kasus,\" jelasnya, tadi malam. Dan yang meninggal dunia konfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Bangka 4 orang, Bangka Tengah 2 dan Bangka Selatan 2 orang. Empat kabupaten nihil kasus meninggal konfirmasi. \"Dengan demikian, kumulatif kasus Covid-19 hingga saat ini berjumlah 49.390 kasus, dengan kesembuhan 44.722 orang, meninggal 1.313 orang dan yang dirawat 3.355\" beber Mikron. Terbentuknya Varian Baru? Sementara itu, ancaman varian baru COVID-19 tidak hanya berasal dari luar Indonesia. Namun bisa saja dari dalam negeri. Semua virus, termasuk virus SARS Cov-2 penyebab COVID-19 mengalami perubahan terus-menerus. Fakta ini merupakan pengingat virus akan terus bermutasi selama masih ada dan beredar di masyarakat. Karena itu, semua upaya akan dilakukan untuk menekan angka kasus. Dengan begitu, semakin rendah penularan yang terjadi di masyarakat, semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan menjadi varian baru. \"Jenis varian COVID-19 dibagi menjadi dua kategori utama. Yaitu varian yang menjadi perhatian (variant of concern/VOC) dan varian yang diamati (variant of interest/VOI),\" kata Ketua Tim Pakar Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito di Jakarta, Jumat (10/9). Dia menjelaskan varian yang termasuk dalam VOC merupakan varian yang sudah terbukti mengalami perubahan karakteristik. Seperti lebih menular, meningkatkan keparahan gejala, menurunkan efektivitas kekebalan tubuh, menurunkan akurasi alat diagnostik, atau menurunkan efektivitas obat dan terapi. Saat ini, terdapat empat VOC yang perlu menjadi perhatian. Yakni Alpha, Beta, Gamma dan Delta. Wiku menyatakan varian Alpha bersifat lebih menular dan berpeluang menyebabkan keparahan gejala. Varian Beta dan Gamma bersifat lebih menular serta meningkatkan risiko kebutuhan perawatan di rumah sakit. Varian Delta, lebih menular. Bahkan orang yang telah tervaksinasi meningkatkan risiko kebutuhan perawatan di rumah sakit. \"Untuk itu respons tepat dalam menghadapi keberadaan VOC ini adalah memperketat kebijakan mobilitas dengan skrining berlapis. Khususnya bagi pelaku perjalanan asal negara di mana varian tersebut juga ditemukan,\" papar Wiku. Dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi tertular dengan meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan di manapun dan kapanpun. Sementara varian yang masuk dalam kategori VOI, terdapat lima jenis varian yang masuk dalam kategori tersebut. Yakni Eta, Iota, Kappa, Lambda dan Mu. \"Varian-varian yang masuk dalam kategori VOI diprediksi dapat mempengaruhi karakteristik virus. Ini dilihat dari perubahan genetiknya maupun pengaruhnya terhadap transmisi di komunitas. Termasuk memunculkan klaster kasus di beberapa negara,\" terangnya. Respons yang tepat dalam menghadapi keberadaan VOI ini adalah terus memantau perkembangan informasi dari WHO. \"Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi seiring dengan studi lanjutan yang dilakukan. Yakni berubahnya status VOI menjadi VOC. Sebagaimana yang dialami varian Delta, atau statusnya bisa berubah menjadi tidak aktif di suatu wilayah,\" pungkas Wiku.(rh/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: