Awas! Resiko Menunda Vaksinasi

Awas! Resiko Menunda Vaksinasi

MASYARAKAT diminta segera melakukan vaksinasi. Masih banyak orang yang menunda divaksin dengan alasan pilih-pilih merek. Penularan kasus COVID-19 masih tinggi. Vaksinasi merupakan salah satu cara ampuh untuk mencegah penularan dan mengurangi risiko berat akibat Corona. ---------------- \"RESIKONYA dapat tertular COVID-19 karena masyarakat menunda vaksinasi,\" ujar Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (12/9). Dia menjelaskan semua merek vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia sudah melewati kajian para pakar dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). \"Jadi, semua sudah terbukti efektif dan aman. Masyarakat harus segera vaksin saat mendapat kesempatan,\" imbuhnya. Hingga kini masih ada masyarakat yang pilih-pilih merek vaksin. Ini terjadi karena terpengaruh informasi tentang efektifitas vaksin, efek samping beragam, dan hoaks. Hal senada disampaikan Epidemiolog Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKK MK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad. Menurutnya, banyak hal yang melatarbelakangi masyarakat pilih-pilih merek vaksin. Dia menilai risiko masyarakat yang terus pilih-pilih merek vaksin adalah terinfeksi COVID-19. \"Semakin cepat divaksin, maka risiko terpapar COVID-19 yang parah dapat dihindari,\" jelas Riris. Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengakui ada sebagian masyarakat yang pilih-pilih merek vaksin. Dia berharap masyarakat mengikuti vaksinasi dengan merek apa pun. Tujuannya agar Indonesia segera keluar dari pandemi dan terciptanya kekebalan komunal. Seperti diketahui, hingga saat ini Indonesia telah mendatangkan 225,4 juta dosis vaksin. Rinciannya, vaksin Sinovac dalam bentuk jadi sebanyak 33 juta dosis. Kemudian, Sinovac dalam bentuk bulk 153,9 juta dosis. Lalu, AstraZeneca 19,5 juta dosis, Moderna delapan juta dosis, Pfizer 2,75 juta dosis dan Sinopharm 8,25 juta dosis.(rh/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: