Teluk Kelabat Tak Putus Dirundung Debat, Pendemo: Stop KIP dan PIP!
KAWASAN Teluk Kelabat bagai tak putus dirundung debat. Kemarin (22/11), ratusan nelayan dari 12 desa dari Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Bangka yang tergabung dalam Forum Nelayan Pecinta Teluk Kelabat Dalam (FNPTKD) bersama sejumlah mahasiswa Babel menggelar unjuk rasa di depan Kantor PT Timah Tbk. ------------------
APA gerangan?
MEREKA meminta PT Timah Tbk untuk menghentikan aktivitas Kapal Isap Produksi (KIP) dan Ponton Isap Produksi (PIP) yang beroperasi di perairan Teluk Kelabat Dalam Desa Bakit Kecamatan Parittiga Kabupaten Bangka Barat. Pantauan Babel Pos, sebelumnya sudah nelayan tiba di lokasi sekitar pukul 12.00 WIB. Namun aksi unjuk rasa baru bisa digelar sekitar pukul 13.30 WIB. Sementara di pintu masuk PT Timah sudah berjaga-jaga ratusan personel gabungan TNI/Polri. Dalam orasinya, Ketua Umum Forum Nelayan Pecinta Teluk Kelabat Dalam, Maryono menegaskan bahwa aksi ini sengaja digelar hanya untuk meminta PT Timah segera menghentikan KIP yang beroperasi di perairan Teluk Kelabat Dalam. Pasalnya, kata Maryono, saat ini kondisi laut Teluk Kelabat Dalam kian memprihatinkan yang berimbas terhadap ribuan nelayan. \"Satu bulan lalu kami sudah turun orasi di Teluk Kelabat Dalam terkait KIP yang beroperasi tanpa sosialisasi yang berdampak terhadap 12 desa. Dan kami juga sudah audiensi dengan gubernur agar menghubungi PT Timah agar menghentikan KIP, tapi nyatanya KIP di Teluk Kelabat Dalam kian marak,\" ungkap Maryono. Menurut Maryono, awalnya ada tiga KIP yang masuk dan beroperasi di Teluk Kelabat Dalam tanpa adanya sosialisasi. Kemudian setelah pihaknya beraudiensi dengan Gubernur Babel Erzaldi Rosman, katanya, kini ada 15 KIP yang beroperasi. \"Apakah ini namanya pemimpin dan BUMN, sekarang ini keadaan kami hampir mati, semuanya sudah diisap oleh KIP, kami bukanlah aliansi atau masyarakat yang ingin kompensasi, kami hanya ingin hak kami sebagai nelayan. Disini kami sepakat menolak KIP di Teluk Kelabat Dalam karena akan mematikan ekonomi kami,\" tegas Maryono. \"Dan dampak sosial kami, lingkungan kami akan hancur, kalau itu terjadi, kami akan lari tidak ada lagi di seputaran Teluk Kelabat Dalam. Kami harap PT Timah mendengar jeritan hati kami,\" tambahnya. Lebih lanjut Maryono menyampaikan, pihaknya selama ini sudah merasa bosan dengan pernyataan PT Timah yang menyebutkan bahwa hadirnya KIP akan mensejahterakan nelayan. Justru, katanya, hadirnya KIP malah mematikan nelayan. \"Jadi kalau ada yang bilang ada KIP masyarakat sejahtera, itu ngerapik. Kami sudah muak dengan kebohongan dan fitnah terhadap nelayan, yang selama ini nelayan berorasi karena tidak dapat kompensasi. Jadi kami tegaskan, kami nelayan tidak akan pernah mau menerima kompensasi apapun dari KIP PT Timah. Sekali lagi ada dua tuntutan yang kami inginkan, pertama meminta PT Timah mencabut Surat Perintah Kerja (SPK-red) yang ada di Teluk Kelabat Dalam dan setop KIP yang sedang beroperasi di sana,\" tegasnya. Lebih dari itu, Maryono mengatakan, dengan belum bertemumya para perwakilan nelayan dan mahasiswa dengan pengambil kebijakan PT Timah, mereka akan terus menggelar aksi hingga malam hari. Bahkan mereka juga menunggu Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman dan Kapolda Bangka Belitung, Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya. Senada, Perwakilan Mahasiswa Babel, Gilang Virginawan menambahkan bahwa pihaknya bersama nelayan sudah puluhan kali melaporkan keluhan tersebut, namun sampai saat ini tidak ada tindakan nyata. Aspirasi nelayan, tambahnya, hanya dianggap angin lalu. \"Disini kami hanya ingin bertemu dengan Dirut PT Timah untuk segera menghentikan KIP, tapi nyatanya tak ada satu pun dari perwakilan PT Timah yang hadir,\" tutur Gilang. Sebagai bentuk protes, para nelayan dan mahasiswa pun membentangkan jaring di depan pintu masuk PT Timah. Hal itu dilakukan sebagai bentuk matinya penghasilan para nelayan akibat adanya aktivitas KIP dan PIP di Teluk Kelabat Dalam. Namun sayangnya, hingga pukul 14.00 WIB, tak ada satu pun perwakilan PT Timah yang hadir. Tak lama kemudian, beberapa perwakilan nelayan dipersilahkan masuk untuk melakukan audiensi. Hanya saja, audiensi yang dilakukan juga menemui jalan buntu. Sementara Dirut PT Timah yang diharapkan hadir sedang berada di Jakarta. Lantaran tak ada titik temu, orasi terus dilaksanakan hingga pukul 17.00 WIB. Melihat massa yang terus ngotot untuk bertemu dengan pejabat PT Timah, akhirnya delapan perwakilan massa diizinkan kembali untuk beraudiensi. Rombongan disambut Kadiv Pengamanan PT Timah Tbk, Handoko dan Kepala Unit Penambangan Laut PT Tmah Tbk, Rian Andri di ruang pertemuan Kantor Pengamanan PT Timah Tbk. Dalam kesempatan ini, selain menjelaskan kembali maksud dan tujuan nelayan menggelar orasi di depan PT Timah, perwakilan nelayan juga menyerahkan pernyataan sikap tertulis dan hasil kajian aktivitas penambangan di Teluk Kelabat Dalam. \"Aspirasi masyarakat akan kami sampaikan kepada pimpinan, kami bukannya melarang massa masuk, tapi mau maksa masuk gimana pun juga, redaksi gak ada, kalau minggu kemarin direksi ada, jadi waktunya aja gak pas,\" kata Handoko. Lanjut Handoko, pernyataan sikap dan hasil kajian yang dilakukan mahasiswa akan diterima dan selanjutnya diteruskan kepada pimpinan untuk dibahas. \"Saya terima kasih atas aspirasi dari masyarakat, semoga semuanya bisa bermanfaat, tidak ada dirugikan, semoga diberi solusi terbaik, biarkan pimpinan PT Timah yang mengkaji masukan yang telah disampaikan. Kasih kita waktu untuk mengkaji ini. Karena ini kebijakan atau diskresi, jadi kita harus kaji lagi, kalau sesuai aturan, kita menang, tapi ini kebijakan, jadi kita kaji lagi,\" tukas Handoko. Sementara Kepala Unit Penambangan Laut PT Tmah Tbk, Rian Andri menambahkan, sembari menunggu keputusan kebijakan, PT Timah tetap akan melakukan penambangan di kawasan Teluk Kelabat Dalam. \"Saya tidak akan menyetop, karena secara legal formal, itu tidak melanggar,\" ujarnya singkat. Usai audiensi, massa tetap menunggu didepan pintu masuk PT Timah Tbk dan baru membubarkan diri sekitar pukul 17.40 WIB.(Pas)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: