BABELPOS.ID - Pesawat Boeing 787-Dreamliner yang dimiliki maskapai Air India jatuh tak lama setelah lepas landas di Kota Ahmedabad, India. Jatuhnya pesawat berusia 12 tahun itu diperkirakan menewaskan 250 orang penumpang, awak dan warga sekitar lokasi kejadian.
Air India melaporkan bahwa dari total 242 orang di dalam pesawat, 169 merupakan warga negara India, 53 warga Inggris, tujuh warga Portugal, dan seorang warga Kanada. Selain itu, terdapat dua pilot dan 10 awak kabin.
Kini jadi pertanyaan dunia apa yang menjadi penyebab pesawat itu jatuh?
Petugas dari Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India kini tengah melakukan analisis mengenai kecelakaan ini.
Letnan Kolonel John R Davidson, mantan pilot Angkatan Udara AS dan konsultan keselamatan penerbangan komersial, mengatakan pesawat tersebut tampaknya telah mencapai kecepatan lepas landas, tetapi belum mencapai ketinggian menurut data penerbangan. Ini menunjukkan rotasi yang sangat lambat atau mati sesaat setelah lepas landas.
"Ada sejumlah kemungkinan skenario: masalah daya dorong atau kinerja mesin, berat pesawat yang berlebihan, konfigurasi trim atau flap yang buruk, atau kegagalan yang lebih kritis yang memengaruhi kemampuan pesawat untuk menanjak," jelasnya, dilansir Daily Mail, Jumat (13/6/2025).
"Cuaca, pergeseran angin, atau bahkan tabrakan burung juga tidak dapat dikesampingkan pada tahap awal ini," jelasnya.
BACA JUGA:Divonis 14 Tahun dan Ganti Rugi 1,05 Triliun, Hendry Lie Pikir-pikir
BACA JUGA:250 Tewas Jatuhnya Pesawat Air India, Cuma 1 Orang Inggris Ini Selamat
Mantan pilot senior, Kapten Saurabh Bhatnagar mengatakan kepada NDTV, rekaman yang beredar memperlihatkan penurunan pesawat yang mengerikan itu tampak seperti kasus beberapa kali tertabrak burung yang menyebabkan kedua mesin kehilangan tenaga.
"Lepas landasnya sempurna," katanya.
"Dan, saya yakin, sebelum roda pendaratan dinaikkan, pesawat mulai turun, yang hanya dapat terjadi jika mesin kehilangan tenaga atau pesawat berhenti menghasilkan daya angkat," terangnya.
Kembali ke Davidson, ia menjelaskan pembacaan ketinggian rendah dan kecepatan tinggi pada saat terakhir mungkin mengindikasikan lintasan hidung pesawat yang curam atau kejadian stall tepat setelah lepas landas.
"Hal ini konsisten dengan kecelakaan seperti Penerbangan Spanair 5022 dan Penerbangan Flydubai 981, di mana faktor mekanis atau lingkungan, dikombinasikan dengan kinerja daya angkat yang terganggu, menyebabkan hilangnya kendali selama atau tepat setelah lepas landas," bebernya.
Davidson menggarisbawahi, data penerbangan saja tidak cukup untuk menentukan kesalahan yang terjadi. Namun, data ini menunjukkan adanya masalah saat pesawat mengudara.