BABELPOS.ID, PANGKALPINANG – Pengukuhan Pengurus Asosiasi Widyaprada Indonesia (AWI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode 2024 – 2029 berlangsung di Hotel Santika Bangka, Rabu,(10/07/2024) pagi.
Pengukuhan ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum Asosiasi Widyaprada Indonesia (AWI), Harris Iskandar yang merupakan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia Periode 2015-2020.
Harris Iskandar menjelaskan bahwa pengukuhan ini telah sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Widyaprada.
Tujuan dilaksanakannya pengukuhan ini adalah dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalisme ASN sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang penjaminan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan masyarakat pada instansi pemerintah.
Sebagai pemegang jabatan fungsional widyaprada, para ASN ini juga memiliki tanggung jawab untuk dapat melaksanakan kegiatan pemetaan mutu pendidikan, pendampingan satuan pendidikan, pembimbingan satuan pendidikan, supervisi pendidikan, dan pengembangan model penjaminan mutu pendidikan.
Anggota AWI ini juga mempunyai peran sebagai advokasi peningkatan mutu yang akan ikut membantu memfasilitasi di tingkat satuan pendidikan maupun kepada bagi pemerintah daerah.
“Pengukuhan AWI Bangka Belitung merupakan yang ke-23 di Indonesia. Makanya kita berharap melalui wadah AWI ini semoga semakin dapat membantu mengakselerasi dan melayani masyarakat lebih baik dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di Provinsi Babel,” harap Harris.
Harris juga memberikan resep untuk mempercepat proses akselerasi sekolah dan pendidikan mutu antar lain adalah melalui penerapan 5 (lima) langkah intervensi khusus pada satuan pendidikan berstatus Sekolah Penggerak. Yakni melakukan pendampingan konsultatif dan asimetris, penguatan sumberdaya manusia sekolah, pembelajaran paradigma baru, perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah.
Lima intervensi ini sangat penting untuk diterapkan sebagai langkah penguatan SDM pendidikan hingga penguatan kepala sekolah. Karena itu diharapkan upaya ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan agar banyak pihak dapat fokus pada pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada buku kurikulum tetapi juga siswa.
“Kalau misalnya ada 20 siswa di kelas, maka berarti peran SDM pendidikan juga harus mampu mengelolanya dengan baik, tetapi penerapannya juga tidak bisa juga hanya berdasarkan kehendak guru, karena memang dalam pendidikan itu banyak sekali indikator-indikator yang dapat dilaksanakan dan ke depan hasilnya akan bisa terbaca melalui rapor pendidikan yang ada di sekolah masing-masing,” sebutnya.
Ia juga mendorong peran AWI untuk membantu memberikan pendampingan dan sebagai jembatan komunikasi yang baik dalam menyikapi arah kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Sebab membangun kualitas pendidikan bukanlah sebuah persoalan mudah, tetapi siapa pun yang berhasil menerapkan inovasi dan langkah terbaik dalam arah memajukan mutu pendidikan di republik ini, tentu patut di apresiasi.
Misalnya melalui eksperimen Sekolah Penggerak yang memang seluruh komponen peningkatan mutu pendidikan ada di dalamnya. Yakni melalui penguatan SDM, kepala sekolah dan guru hingga pemanfataan digitalisasi dan teknologi, perencanaan berbasis data untuk menghasilkan metode pembelajaran yang efektif, komunikatif dan dan konsultatif.
Harris juga menekankan pentingnya memainkan strategi komunikasi dan kolaborasi antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Karena ini adalah resep yang sebenarnya telah diajarkan oleh pahlawan pendiri pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara sejak 85 tahun silam.
K.H. Dewantara juga mengajarkan akan pentingnya membangun keharmonisan pesan pendidikan di sekolah, di keluarga dan di masyarakat. Semua komponen ini harus seiring dan sejalan secara bersama-sama.
“Kita harus menjangkau ini, berjalan dan bekerja sama bersama-sama ke arah sana termasuk bersama komunitas. Karena kita tidak cukup hanya dengan mengandalkan dengan media masa, atau narasi-narasi pidato para pejabat atau diklat , tetapi juga melalui komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan, yang mampu memberikan kontribusi dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam ekosistem peningkatan mutu pendidikan.