Adhitya mengakui masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui pentingnya pemilahan dan pengurangan sampah dari asalnya. Terlihat dari masih banyaknya sampah yang berakhir di Sungai Ciliwung ditangani oleh Saringan Sampah Segmen TB Simatupang, yang mampu mencegah 230 meter kubik sampah setiap harinya.
Banyak masyarakat yang tidak tahu sampah itu bukanlah barang yang memang sudah tidak bisa dipakai. Seharusnya dari sampah itu kita harus memiliki pola pikir sebagai barang yang belum termanfaatkan.
Semangat pemanfaatan sampah itu pula yang ingin terus didorong oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Terlihat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2024, diperingati setiap 21 Februari, yang tahun ini mengusung tema "Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif".
Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengingatkan bahwa pengelolaan sampah menjadi salah satu langkah penting untuk menekan sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Sekaligus mencegah terulangnya kembali tragedi yang menjadi latar belakang HPSN, ketika longsor sampah di TPA Leuwigajah di Jawa Barat, yang menewaskan lebih dari 140 orang.
Langkah pengelolaan dan pengurangan, kemudian menjadi semakin penting setelah 35 TPA terbakar di sepanjang 2023 yang berbahaya karena memiliki potensi menimbulkan zat beracun terhadap manusia dan lingkungan.
BACA JUGA:Dul, penggiat pendidikan di pedalaman Meratus
BACA JUGA:PUPR: World Water Forum bisa bentuk kemitraan konservasi air global
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK memperlihatkan terdapat 17,77 juta ton sampah per tahun pada 2023. Dari jumlah itu, yang berhasil dikelola 66,81 persen, di antaranya, dengan 33,19 persen masuk dalam kategori tidak terkelola.
Rumah tangga masih menjadi sumber sampah terbesar, yaitu 38,9 persen dari total timbulan sampah, dengan sisa makanan menjadi jenis sampah yang terbanyak.
Untuk sampah anorganik, atau yang sulit terurai secara alami, plastik menjadi jenis sampah yang terbanyak dibuang dengan persentase 18,77 persen dari total timbulan sampah pada 2023.
Melihat jumlah sampah yang belum terkelola dan menghindari terulangnya peristiwa Leuwigajah serta kebakaran kembali terjadi di TPA, maka pemanfaatan kemudian terus didorong. Apalagi mengingat Indonesia berencana tidak akan ada lagi pembangunan TPA baru pada 2030.
Untuk mengurangi sampah yang sudah ada di TPA, rencananya akan digunakan metode penambangan sampah untuk menjadi sumber energi. Untuk mengurangi timbulan baru didorong pemanfaatanya, salah satunya dengan optimalisasi bank sampah.
Saat ini, KLHK memiliki pola-pola pekerjaan atau pendekatan sirkular ekonomi. Secara sederhana sirkular ekonomi itu adalah bagaimana sampah atau limbah tidak terbuang ke lingkungan, tapi bisa dipakai sebagai sumber daya. Oleh karena itu KLHK gencar mengatakan, "Ayo pilah sampah dari rumah".
Bank sampah dapat mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi sampah dengan menerima sampah terpilah dari rumah tangga penghasil sampah. Hasil pilahan yang dibawa masyarakat kemudian dapat disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, termasuk industri daur ulang.
Sampai dengan 2023 sendiri terdapat 25.540 unit bank sampah yang tersebar di Nusantara.
KLHK kemudian mendukung optimalisasi pengelolaan sampah oleh bank sampah dengan peluncuran "Buku Panduan Bank Sampah", terutama untuk mendorong semakin banyak bahan baku sampah yang dapat diambil oleh industri, yang memiliki standar untuk bahannya.