BABELPOS.ID, TOBOALI - Petani Desa Rias Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan (Basel) mengeluhkan keterlambatan pupuk subsidi. Keterlambatan ini selalu terjadi berulang - ulang setiap tahun seperti tak ada solusi yang tepat.
Kondisi ini membuat para petani menjerit, karena harus merogoh kocek yang dalam untuk membeli pupuk non subsidi yang harganya tinggi.
Salah satu pemilik kios Pupuk Desa Rias, Tahang mengatakan, keterlambatan datangnya pupuk subsidi ini terjadi bertahun - tahun hingga para petani mengeluh.
"Sudah bertahun - tahun masalah keterlambatan pupuk subsidi ini terjadi dan kita cuma bisa pasrah," tuturnya, Selasa (23/01).
BACA JUGA:Petani Basel Dapat Bantuan 54.068 Liter Pupuk Cair dari Kementan
Padahal awal tahun 2024 ini para petani sudah memasuki masa tanam padi setelah pada 25 November 2023 petani serentak melakukan penyemaian bibit. Agar dapat bertahan dengan kondisi seperti ini para petani mengandalkan sisa pupuk yang masih ada pada tahun tanam sebelumnya, karena 24 kelompok tani yang mengambil pupuk di kiosnya rata-rata menggunakan pupuk Indeks Pertanaman (IP) 200.
Adapun maksud IP 200 ini adalah, cara meningkatkan produktivitas padi tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan lahan baru.
Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun, dapat ditanami padi selama dua kali, sebagian petani baru menebus pupuk mereka pada akhir tahun 2023 lalu guna memenuhi kebutuhan pupuk pada awal tahun 2024.
"Sedangkan IP 100 kelihatannya seperti yang sudah-sudah, itu bulan Februari pupuk dari distributor itu baru masuk ke kita," sebut Tahang.
BACA JUGA:Stok Pupuk Bagi 23 Poktan Desa Rias Dipastikan Cukup
Disebutkan Tahang, berdasarkan aplikasi Integrasi Pupuk Bersubsidi (i-Pubers) para petani telah memiliki kuotanya masing-masing berdasarkan jumlah lahan sawah yang pada tahun 2024 ini akan mereka garap khususnya di Desa Rias.
Pupuk yang disubsidi oleh pemerintah selama dua tahun terakhir juga terus mengalami pengurangan, yang sebelumnya lima jenis yakni ZA, Urea, NPK, SP-36, serta pupuk organik kini menjadi dua jenis yaitu Urea dan NPK.
"Pupuk subsidi yang sebelumnya menyasar 70 komoditas pertanian, tahun 2023 menyisakan sembilan komoditas utama saja seperti padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi dan kakao, yang artinya pupuk yang disubsidi pemerintah hanya mencapai 50 persen dari kebutuhan petani," jelasnya.
"Kendati demikian, saat ini para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi apalagi bagi petani yang tidak mempunyai pupuk sisa, semoga awal Februari pendistribusian pupuk lancar kembali, kasihan para petani harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk pupuk," tambahnya. (*)
BACA JUGA:Awasi Pupuk dan Pestisida, Pemkab Basel Bentuk Petugas KP3