Pada masa lampau, penyelenggaraan upacara tradisional dan upacara terhadap roh-roh leluhur sangat dominan mewarnai kehidupan masyarakat Bangka Belitung. Keberadaan upacara tradisional dan upacara terhadap roh-roh leluhur dapat dikatakan menjadi bagian yang membentuk jatidiri masyarakat pengembannya, sehingga upacara tradisional dan upacara terhadap roh-roh leluhur menjadi salah satu aktivitas yang harus dilakukan. Agar maksud dan makna yang terkandung dalam penyelenggaraannya memberikan legitimasi kepada mereka sebagai warga atau bagian dari anggota masyarakat. Upacara tradisional tersebut diselenggarakan sesuai dengan kebiasaan yang mereka lakukan secara turun temurun dan kemudian menjadi ritus resmi atau adat yang di istiadatkan yaitu tata nilai yang dijadikan adat tradisi masyarakat. Eksistensi bala dan musibah serta makhluk-makhluk supranatural atau roh-roh leluhur menjadi sesuatu yang nyata dalam sistem pengetahuan masyarakat Bangka Belitung.
BACA JUGA:Ngembaruk
Oleh karena itu pemahaman mengenai bala dan musibah atau upacara tradisional dan pemahaman terhadap hal-hal supranatural dan makhluk supranatural atau roh-roh leluhur harus dikaitkan dengan sistem pengetahuan budaya (Steven, 1990:125), dalam hal ini sistem kosmologi pada suatu masyarakat. Koentjaraningrat (Tahun 1958) mengatakan, bahwa sistem ritus dan upacara merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan dewa-dewa, supranatural atau makhluk-makhluk yang mendiami alam gaib. Ritus (upacara suci) ini menyangkut hal ibadat yang dilakukan dan ini dapat diamati, termasuk mantra, ucapan-ucapan tertentu, samadi, nyanyian, doa, pemujaan, melakukan kurban dan sebagainya. Fungsi upacara ini adalah selain untuk memperkuat keyakinannya, juga memperkuat sistem dan nilai sosial yang ada dalam masyarakat (Bersambung)