Kini Djohan punya 5.000 hektare kebun sawit. Juga mendirikan satu PKS berkapasitas 30 ton/hari. Pabrik kepala sawitnya itu tergolong kecil di sana.
Dari kebun sawit itu Djohan memikirkan kebun durian. Itu karena ia tahu durian Bangka tidak ada duanya. Khususnya yang dua jenis tadi: namlong dan super tembaga.
”Saya dengar Pak Djohan sudah punya 500 hektare kebun durian...” tanya saya.
”Baru 200 hektare,” katanya. ”Pelan-pelan,” tambahnya merendah.
Memang targetnya sampai 500 hektare. Tidak lama lagi. Rasanya akan berhasil.
Ia pun sudah memiliki kebun pembibitan sendiri. Yang tidak sesederhana pembibitan kelapa sawit.
”Target kami Bangka harus memiliki 5.000 sampai 8.000 hektare kebun durian,” ujar Gubernur Erzaldi. ”Termasuk kebun milik masyarakat,” tambah Gubernur.
Saat ini, ujar Pak Erzaldi, Bangka sudah memiliki 800 hektare kebun durian.
”Teman saya sudah ada yang punya 500 hektare,” ujar Pak Djohan.
Djohan kini fasih sekali bicara durian. Termasuk bisa mengungkap rahasia di balik keistimewaan durian Bangka.
Tanah Bangka, katanya, adalah tanah tambang. Khususnya timah dan tembaga. Itulah yang tidak dimiliki propinsi lain.
Hanya saja tanah seperti itu kurang unsur makronya. ”Tapi unsur makro, seperti N, P, K, bisa ditambahkan,” ujar Djohan.
Dengan demikian tanah mineral tersebut menjadi pembeda dari wilayah lain.
”Jangankan durian,” ujar Djohan. ”Petai dari Bangka ini baunya baru hilang setelah dua hari,” lanjutnya.
Juga jengkol.
”Makan jengkol Bangka bisa benar-benar jengkolen,” katanya.