Bahkan menjadi pejabat bahkan sekelas Presiden pun bukanlah prestasi, tapi bagaimana jabatan itu memberikan manfaatkan kepada umat, kepada rakyat dan husnul khotimah kala mengakhiri jabatan tersebut, barulah bisa disebut sebagai prestasi. Walaupun sebetulnya juga tak bisa disebut Prestasi, karena jabatan adalah amanah dan kebaikan yang ada didalamnya adalah kewajiban. Begitupula terpilih dan menjadi Wakil Rakyat itu bukanlah prestasi. Kemampuan menulis dan tulisan tersebar diberbagai media maupun diterbitkan menjadi buku itu bukanlah prestasi.
Akhirnya, ditengah-tengah “kedunguan” dan gagal pahamnya kita yang kian akut, saya belajar kembali memaknai Prestasi itu adalah ketika diri menjadi inspirasi besar bagi orang lain dan potensi dalam diri menjadi inovasi serta inspirasi bagi orang lain. Kepada diri sendiri kita perlu teriak keras: “Ayo gali potensi dalam diri, raih prestasi dan nilaimu akan bertambah ketika mampu menjadi inspirasi bagi orang lain atau generasi selanjutnya” dan “bedakan mana tai mana roti”.
Salam Prestasi!(*)