SELAKU seorang ibu yang punya anak tunggal laki-laki, lama-lama Wak Ijah Emaknya Bujang timbul juga keinginan mengasuh cucu.
Paling tidak, ada anak menantu di rumah, serta tangis dan tawa anak-anak kecil.
Tak banyak impian, Bujang PeDe cukup memberikan 2 orang cucu, laki-laki dan perempuan. Rindu dipanggil nenek.
''Nenek mau kemana?''
''Nenek mau pengajian, ke surau. Cucu tinggal dulu ya?''
''Gak mau, aku mau ikut...''
Dengan penuh senyum Wak Ijah pun membawa sang cucu perempuan anak Bujang PeDe itu ke surau. Ke pengajian ibu-ibu sekaligus pengajian nenek-nenek juga.
Di surau, banyak anak-anak kecil terutama bocah perempuan bermain, sementara neneknya sibuk ikut pengajian.
''Wah cantiknya, cucu siapa ya?'' tanya seorang ibu.
''Oh, itu cucu saya...'' ujar Wak Ijah senyum sendiri bangga.
''Wah, wajarlah cantik, cucu Wak Ijah sih...'' ujar ibu lain menimpali.
Wak Ijah tambah kesengsem dibuatnya.
Sepulang dari surau, sang cucu pun ikut dengan bergelayutan ke Wak Ijah. Para tetangga melihat senang dan menyapa sang cucu, anak Bujang PeDe.
''nenek, jajan ya?'' ujar sang Cucu.
Wak Ijah diam saja. Pantangan baginya memberi cucunya uang untuk makan sembarangan di jalanan.