HARI itu, Bang Togay tampak benar-benar naik pitam. Kelakuan anaknya Udin sudah di luar batas tolerasi. Disuruh menyiapkan rumput untuk ternak, malah menghilang.
Bujang PeDe yang lagi duduk di teras rumah, tak luput dari pertanyaan pria tinggi gempal itu.
''Bujang, kau lihat nggak Udin lewat sini tadi?''
''Wah, nggak Bang. Memang kenapa, Bang?''
''Sibuk main aja bocah itu..'' ujar bang Togay sembari pergi.
Dalam hati Bujang PeDe, kena kau sekali ini Udin.
Bener saja, tak lama kemudian, Udin sang bocah tengil itu lewat dengan santainya di depan rumah Bujang PeDe.
''Dari mana Din?'' tanya Bujang memancing.
''Nyari Bapakku Om. Ada lihat nggak?''
''Ada, tadi nyari kamu?'' Bujang apa adanya.
''Itulah kelakuan Bapak, dari tadi sibuk nyari aku aja,'' ujar Udin sembari ngeloyor pergi.
Bujang jadi bingung, ini yang layak marah, Bapak atau Anak?
Ah, sudahlah, memang Bapak dan anak sama-sama ggak beres. Namun tak lama berselang, Bang Togay lewat lagi.
''Kemana itu bocah?'' Bang Togay bergumam bernada tanya ke Bujang.
''Lho, barusan lewat nyari Abang?'' ujar Bujang kebingungan.