MERASA hubungan Bujang PeDe tak ada kejelasan, akhirnya dua sohibnya Ipank dan Odoy merasa perlu bertindak. Adalah tidak mungkin kondisi itu dibiarkan.
Bujang PeDe sangat mencintai Maysaroh, sementara Maysaroh terlihat dingin lebih dingin dari batu es yag ada di dalam kulkas.
''Gak mungkinlah aku memaksakan perasaanku,'' ujar Maysaroh ke Ipank yang mendatanginya.
''Kalau memang May benci, bilang aja terus terang,'' ujar Odoy menimpali.
''Aku juga tak punya alasan untuk membenci Bang Bujang. Kadang malah menyenangkan. Lucu,'' ujar Maysaroh apa adanya.
''Gini aja May, gimana kalau besok kite temu di Warkop Mang Gareng. May tidak mungkin menjelaskan tidak ada perasaan ke Bujang secara langsung, kan. Jadi May datang aja ke Warkop, kalau May pakai baju merah, berarti May juga mencintai Bujang. Tapi May pakai baju warna lain, berarti tidak. Jadi kan ggak perlu ada kata-kata, dan gak perlu ada yang sakit hati,'' usul Ipank.
Maysaroh pun oke. Benar saja Maysaroh dengan beberapa sohibnya datang ke Warkop Mang Gareng. Di sana Trio Kwek-kwek sudah menunggu. Terlihat Bujang yang murung, karena Maysaroh saaat itu mengenakan pakaian hitam-hitam.
Ipank dan Odoy pura-pura tak memahami itu, demikian juga dengan teman-teman Maysaroh. Maysaroh juga tampak sengaja tampil apa adanya.
Ketika Hp Maysaroh yang ada dalam tas berbunyi, bergegas ia mengambil Hp-nya, dan saat itu terlihat lah dompet uang Maysaroh yang berwarna merah menyala.
Rasa percaya diri Bujang PeDe jadi bangkit. Dia yang tadinya agak murung, kini malah kembali cerah.
Setelah pertemuan usai, Ipank dan Odoy yang malah kebinungan melihat Bujang yang ceria.
''Sudah jelas dia pakai baju hitam, berarti kan jelas,'' ujar Ipank.
''Kalian tak lihat dompet uangnya di dalam tas? Itu warnanya merah menyala. Itu mengisyaratkan bahwa Maysaroh maih menyimpan perasaanya kepadaku di tempat yang tersembunyi,'' ujar Bujang PeDe dengan penuh percaya diri.
Ipank dan Odoy hanya melongo.