BUJANG PeDe dalam sepekan ini mendadak seperti punya penyakit baru, yaitu mudah berkeringat.
Ironisnya, keringat itu akan mengalir deras bukan saat berjalan, tapi setelah berhenti.
Pagi itu, Bujang PeDe berjalan sendirian menelusuri jalanan kampung. Sudah jelas arahnya, kalau tidak ke rumah Ipank, yah ke rumah Odoy.
Mendadak di tengah jalan di depan warung Es krim, bak pucuk dicinta ulam tiba. Di sana ada Maysaroh dengan beberapa temannya tengah menikmati ek krim yang dingin dan manis, tentu saja.
''Sini Bang!'' ujar Maysaroh memanggil.
Dipanggil demikian, tak perlu dua kali, Bujang langsung mampir. Lupa niat mau ke rumah Ipan dan Odoy.
Sialnya, belum lagi sempat bicara apa-apa, keringat Bujang PeDe tiba-tiba mengucur deras. Berulang kali ia mengambil tisu mengelap keringat di muka dan keningnya.
Tentu saja melihat Bujang bercucuran keringat begitu, Maysaroh dan teman-temannya justru risih dan heran.
''Aduh Abang Bujang, kami nggak minta Abang yang bayarin Kok?'' ujar Maysaroh.
Mayasaroh menduga, Bujang sampai berkerigat demikian, karena takut diminta bayarin apa yang mereka santap.
''Aduh, bukan... bukan karena itu...'' ujar Bujang gelagapan.
''Ah, sudahlah Bang. jangan takut... lagian pula nggak seberapa kok?'' ujar Maysaroh mengajak teman-temannya langsung pergi.
Tinggal Bujang dengan keringat yang semakin deras. Padahal itu warung eskrim?