MALAM itu sebelum tidur, Wak Ijah menegur Bujang PeDe. Apa Pasal? Ternyata Wak Ijah sudah sangat marah melihat putra tunggalnya itu tak ada kerjaan lain selain memegang HP. Bukan kontak-kontakan atau telepon-teleponan, atau juga WA-WA-an, melainkan hanya sibuk dengan urusan game dan permainan domino dengan segala daya pikatnya.
''Bukankah semuanya sudah ada di sini?'' ujar Bujang dalam hati seraya mata melihat ke HP-nya.
Google punya segalanya, facebook kenal semuanya, Internet bisa semuanya.
''Cekklek!'' lampu mati.
''Nah, semuanya diam?'' ujar Bujang yang mendadak merasa bisa berkomunikasi dengan semua aplikasi itu.
Tapi, Bujang mendadak cemas dan takut. Bagaimana tidak. Meski HP adalah segalanya, namun dalam posisi terombang-ambing di tengah lautan yang bagai tak bertepi, tentu bantuan secara manual adalah segala-galanya. Google, facebook, bahkan Internet termasuk listrik sekalipun tak bisa membantunya.
Alhamdulillah, di tengah terombang-ambing itu, Bujang menemukan sebuah botol kosong agak besar yang juga terombang-ambing. Bisa lah digunakan untuk berenang supaya tidak tenggelam dan berupaya mencari daratan?
Kesalahan patal Bujang adalah ia membuka tutup botol itu. Maklum, karena di dalamnya ada secarik kertas yang tampaknya berisi pesan.
''Saudara Bujang PeDe. Kami mendapati Anda tidak pernah komen, dan hanya mengintip-intip saja. Dengan sangat menyesal Anda kami keluarkan dari grup WA,'' demikian isi pesan itu.
Bujang belum sempat mau berkomentar, ia keburu tersedak, tak bisa bernafas, dan tenggelam?
Tiba-tiba beban yang menindih badannya terlempar, dan ia bisa bernafas dengan lega.
''Ini akibat main game terus menerus, syetan game itu datang mau membunuhmu!'' ujar Emak yang melihat Bujang terbangun dari tidur dengan berkeringat, namun lega.
Tak lama, Bujang mendapatkan dia sudah menjadi pasangan suami istri. Dan istrinya benar-benar Maysaroh.
''Mama, aku datang dari mana?"
"Oh, mama mendapatkan dirimu dari download,'' ujar Maysaroh menjawab pertanyan anaknya.