Untuk keseluruhan tahun 2022, Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1%. Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan.
Agenda pengendalian inflasi di masa depan dikaitkan dengan Teori Robert Malthus diatas, tentunya dikaitakan dengan ketersediaan pangan (supply side) dengan pemetaan komoditas pangan di seluruh wilayah masing-masing Provinsi by name dan by address juga terkait seperti musim panen, jumlah produksi, dan harga. sehingga kita seluruh Indonesia mengetahui dimana kelebihan komoditas dan harga dimasing-masing daerah. Peta Komoditas ini penting dalam rangka merealisasikan Kerja Sama Antar Daerah. Kekayaan sumberdaya alam dan pertanian yang kita miliki memberikan kepercayaan diri kepada kita, bahwa kita mampu menghadapi tantangan ketahanan dan kedaulatan pangan apabila kita cerdas mengelolanya dengan pemetaan yang baik dan bisa diakses oleh semua wilayah. Selain itu kemajuan teknologi di bidang pertanian, termasuk digital farmin yang sudah dimulai oleh Bank Indonesia harus diperluas implementasinya.
Dari sisi permintaan, perlunya merubah mind set masyarakat terkait permintaan mereka terhadap bahan pangan yang ada (demand side). Diversifikasi bahan pangan dan penganekaragaman lauk pauk bisa mengurangi permintaan mereka terhadap komoditas tertentu. Selain itu penghematan energi agar menjadi Gerakan semua masyarakat sehingga kita lebih hemat dalam berperilaku termasuk mendorong inovasi-inovasi terkait penemuan energi terbarukan dan mendorong sustainability ekonomi. Ke depan memang diperlukan strategi-strategi yang lebih spesifik untuk masing-masing daerah karena mereka memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda untuk menjaga volatile food, selain terkait juga dengan persoalan administered price yang harus lebih bijak ditetapkan oleh Pemerintah.(*)