BAGAIMANAPUN, Joko Widodo --Jokowi-- adalah Presiden Republik Indonesia.
Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup
BUKAN presiden salah satu kelompok, partai, atau pihak tertentu. Sehingga setiap kata dan ucapannya, akan dianggap bermakna oleh rakyat negeri ini.
Dalam beberapa waktu terakhir, kerap keluar dari ucapan Jokowi yang seolah berpihak kepada salah satu Capres.
Misalnya, pernyataan Jokowi, untuk 5 tahun yang akan datang tampaknya akan menjadi giliran Prabowo --Ketua Umum Gerindra--.
Semua tahu, Prabowo adalah seteru Jokowi dalam Pilpres sebelumnya. Dan semua juga tahu, Prabowo beserta tentu dengan Gerindra-nya ikut masuk ke jaringan pemerintahan saat ini. Praktis, koreksi ke pemerintah menjadi lemah, karena yang berada di oposisi hanya PKS dan Partai Demokrat.
Ketika Jokowi mengeluarkan pernyataan soal Prabowo, akibatnya dapat ditebak, itu menjadi heboh, pendukung Prabowo bagai menerima motivasi positif luar biasa. Maklum, itu keluar dari Jokowi yang notabene Presiden RI.
Berikutnya, dalam acara besar-besaran di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Jokowi kembali mengemukakan, bahwa pilihlah Presiden yang memikirkan rakyat. Ciri-ciri muka kerap berkerut, rambut juga memutih, yang jelas mengarah ke Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
***
SATU hal yang perlu diingat, konstelasi politik di negeri, semua rakyat paham. Bahwa Jokowi 'ada masalah' dengan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, semua rakyat mengerti.
Sikap salah satu partai --Nasdem-- yang notabene masuk dalam kelompok pemerintah yang tiba-tiba sudah mengumumkan nama Capres dan itu ternyata Anies Baswedan, juga tentu adalah 'masalah' bagi 'Jokowi'. Tak perlu dijelaskan, semua rakyat paham itu.
Hanya saja tentunya, komitmen Nasdem tetap mendukung pemerintahan hingga akhir, itu adalah kuncinya. Sekali lagi, logika politiknya, Nasdem silahkan bermanuver untuk kepentingan Capres yang didukungnya, asal manuver itu tidak mengkoreksi kebijakan pemerintah, karena Nasdem juga ada di dalamnya.
***
HAL terbaik saat ini adalah,
Jokowi ada dimana,