Discuss on the Bridge 2022
MALAM ini, Jum’at 26/08/2022, group Whats App NGOPI BABEL membuat “jerambah” guna mempertemukan rakyat dan pengambil kebijakan tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yakni Pj. Gubernur (Ir. Ridwan Djamaludin) dan Direktur Utama PT. Timah, Tbk. (Achmad Ardianto).
Jembatan ini diberi nama “Discuss on the Bridge 2022”(Diskusi diatas jerambah) tepatnya diatas jerambah EMAS yang menjadi ikon Negeri Serumpun Sebalai. Setelah 4 tahun lalu, kebetulan saya dan kawan-kawan pernah menggelar event besar kelas nasional yakni mengadakan Jazz on the Bridge yang menghadirkan Artis Jazz ternama seperti Idang Rasjidi, Tompi, Fariz RM, Mus Mujiono dan lain-lain.
Discuss on the bridge ini menurut say aide yang sangat menarik, penuh filosofi dan harapan bahwa kegiatan yang akan insya Allah akan dilaksanakan malam ini diharapkan sebagai penghubung antara pengambil kebijakan dengan rakyat, penyambung yang terpisah, perekat kebersamaan dan menyatukan perbedaan dalam keharmonisan, bukan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar.
Apalagi Jembatan EMAS ini penuh dengan nilai sejarah dan filosofi. Sebagaimana yang diungkapan oleh senior saya, Marwan Al Ja’fari dalam tulisannya bahwa jembatan EMAS ini dibangun mulai tahun 2009 yang diprakarsai oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Eko Maulana Ali dengan menelan biaya 420 Milyar. Jembatan fenomenal ini memiliki panjang 785 Meter dan lebar 23 meter dengan sistem bascule (jembatan angkat/jungkit).
Filosofi “Discuss on the Bridge” ini bermakna kalau dulu Eko Maulana Ali memprakarsai pembangunan jembatan EMAS sebagai penghubung antara Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang, maka malam ini WAG NGOPI Babel yang diprakarsai oleh Wirtsa Firdaus, Doni Golput, Fahrizan (Buntuk), Patris Lumumba, dan lain-lain sebagai orang-orang kreatif yang membuat jembatan penghubungan guna mempertemukan antara pejabat dan rakyat dalam diskusi santai. Diskusi diatas jembatan nampaknya pertama kali terjadi di dunia.
Discuss on the Bridge 2022 malam ini bermakna bahwa ia sebagai pemersatu antara pemimpin dan rakyat, penghubung antara seni dan kehidupan, alat untuk mengokohkan kreasi, inovasi untuk menciptakan destinasi wisata di Kepulauan Bangka Belitung. Termasuk menyambungkan rasa antara tidak suka menjadi baik-baik saja,gerigit ati diselesaikan dengan obrolan dan kopi, ketidakpahaman menjadi paham dan ketidaknyamanan menjadi asyik-asyik saja, sebagaimana kata Gus Dur: “Gitu Aja Kok Repot?”. Ternyata tidak susah kok jadi manusia dan apalagi jadi “Urang Bangka Belitung”. Asyik banget!
Salam Ngopi! (*)