KOBA - Beberapa pekan terakhir ini, harga cabai di Bangka Belitung yang melambung tinggi ternyata juga sampai di tingkat petani yang ada di Koba, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng).
Salah satu petani Cabai, Jupri mengungkapkan ketika pasokan cabai dari luar provinsi tersendat karena banyaknya petani di pulau Jawa yang gagal panen, dirinya justru tak menemukan banyak kendala.
Bahkan, ia menyebut harga jual hasil panen cabai di tingkat petani terbilang sangat baik, apalagi harga cabai di pasaran lokal mahal, sehingga untung yang diperoleh lebih besar.
"Jika ditingkat petani harga jual di atas Rp25 ribu per kilogram itu sebenarnya sudah bagus, yang mana sudah dapat untung, apalagi saat ini harga cabai besar ditingkat petani mencapai Rp80 ribu sampai Rp90 ribu per kilogram," ujar Jupri kepada Babel Pos, Kamis (14/7/2022).
"Alhamdulillah bagi petani seperti kami, harga seperti ini tentu harus banyak bersyukur, tapi kadang-kadang kasihan juga sama para pembeli," sambungnya.
Dikatakan Jupri, harga pupuk cabai saat ini turut mengalami kenaikan. Namun, kenaikan tersebut tidak terlalu terasa, karena masih tertutupi dengan harga jual yang cukup tinggi.
"Sekarang ini baru bisa dikatakan aman jika harganya Rp30 ribu sampai Rp35 ribu per kilogram," ucapnya.
Terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Bangka Tengah, Sukandar mengatakan pada dasarnya para petani cabai di Bangka Tengah, mampu untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pangan masyarakat dengan adanya sebanyak 37 poktan/gapoktan (kelompok tani/gabungan kelompok tani-red) di Bangka Tengah yang menggeluti bidang pertanian cabai.
"Dari 37 tersebut, masing-masing Poktan/Gapoktan setidaknya punya sepuluh orang anggota," ungkapnya.
Berdasarkan data tahun 2019 dan 2020, Sukandar menerangkan bahwa tingkat pemenuhan cabai merah dari para petani untuk konsumsi masyarakat Kabupaten Bangka Tengah selalu di atas 100 persen.
Sedangkan pada tahun 2021 lalu, angka pemenuhan cabai merah hanya mencapai 90-an persen, begitupun yang akan terjadi pada tahun 2022 ini.
Kata Sukandar, turunnya angka pemenuhan cabai dari petani di Bangka Tengah itu tidak terlepas dari faktor banyaknya para petani cabai yang beralih profesi menjadi petani lainnya atau bahkan menjadi penambang.
"Sebenarnya para petani kita bisa saja memenuhi kebutuhan konsumsi cabai di Bangka Tengah. Tapi sayangnya ada bulan-bulan tertentu dimana kondisi produksi cabai kadangkala merosot. Oleh karena itu, impor dari luar pulau juga masih tetap diperlukan," jelasnya.
Menurut Sukandar, turunnya angka pemenuhan stok cabai di Bangka Tengah juga dipengaruhi siklus tanam yang berbeda-beda dari masing-masing petani.
"Memang bulan Mei-Juni kemarin sangat sedikit petani di Bangka Tengah yang sedang dalam masa panen, maka dari itu harganya jadi naik. Tapi bulan September nanti akan ada banyak petani cabai yang panen, sehingga kami prediksi harga perlahan-lahan pasti akan turun dan normal kembali," imbuhnya. (**)