RIBUAN rakyat Sri Lanka mengamuk dan menyerbu kediaman resmi Presiden Gotabaya Rajapaksa di ibu kota Sri Lanka. Itu karena perut rakyat sudah kelaparan akibat krisis ekonomi yang menimpa negara itu.
Namun saat rumah presiden berhasil diduduki, rakyat justru berpesta di rumah presiden. Aksi mereka viral di media sosial.
Demonstran menuntut pengunduran diri presiden setelah berbulan-bulan protes atas salah urus krisis ekonomi negara itu. Laporan mengatakan, presiden telah dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
Negara ini menderita inflasi yang buruk dan sedang berjuang untuk mengimpor makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Mereka mengerumuni distrik pemerintah Kolombo dan menerobos beberapa barikade polisi untuk mencapai rumah Presiden Rajapaksa.
Polisi melepaskan tembakan ke udara dan menggunakan gas air mata untuk mencoba mencegah massa yang marah menyerbu kediaman, tetapi tidak dapat menghentikan kerumunan.
“Presiden dikawal ke tempat yang aman,” kata seorang sumber.
“Dia masih presiden, dia dilindungi oleh unit militer,” tambah sumber.
Dilansir dari IB Times, Minggu (10/7), rekaman streaming langsung Facebook dari dalam gedung menunjukkan ratusan pengunjuk rasa pesta di kamar presiden. Sementara ratusan juga berkeliaran di sekitar halaman di luar.
Rekaman BBC menunjukkan sejumlah orang berenang di kolam istana. Sebagian juga menikmati tayangan televisi di rumah presiden.
Bukan hanya itu, para pengunjuk rasa tidak hanya berenang di kolam di istana presiden tetapi juga menyerbu kamar tidur dan dapur. Visual yang menjadi viral di media sosial menunjukkan segelintir pengunjuk rasa di kolam sementara puluhan dari mereka mengelilingi rumah presiden sambil memegang bendera nasional negara mereka.
Dapur juga penuh sesak dengan sekelompok demonstran berkumpul di sekitar meja yang memiliki peralatan dan benda-benda acak berserakan di sekitarnya. Mereka bahkan menonton aksi protes mereka sendiri di televisi.
Krisis Sri Lanka Sejak Maret
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah memanggil pertemuan darurat para pemimpin partai politik Sri Lanka untuk membahas krisis tersebut. Pekan lalu, pihak berwenang menangguhkan penjualan bensin dan solar untuk kendaraan yang tidak esensial dalam upaya untuk menjaga stok bahan bakar yang semakin menipis di negara itu.
Pemerintah telah mencoba mengamankan bahan bakar secara kredit dari negara-negara termasuk Rusia, sejauh ini tidak berhasil.
Demonstrasi telah berlangsung sejak Maret menuntut agar Presiden Rajapaksa mundur. Krisis ekonomi yang semakin dalam membuat kakak laki-laki presiden, Mahinda Rajapaksa, terpaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Mei.(JP)